Berita 21 Maret 2023
Inflasi yang tinggi memberi beban masyarakat. Terlebih pada bulan suci Ramadhan dan Idul Fitri sangat rawan meningkatnya inflasi utamanya terhadap kebutuhan pokok.
Menjadi daerah dengan predikat lumbung pangan regional dan nasional, Lamongan terus mengupayakan penurunan inflasi melalui 2 metode yakni metode jangka pendek dengan melakukan operasi pasar rutin tiap minggunya dan pengadaan operasi pasar murah (OPM). Sedangkan pada metode jangka panjangnya, Lamongan melakukan peningkatan pasokan bahan pokok, efesiensi biaya produksi dan mapping komoditas strategis, khususnya pada momen momen tertentu seperti Ramadhan dan Idul Fitri.
"Angka pertumbuhan ekonomi Lamongan sebesar 5,56%, namun kita harus tetap memperkuat sektor potensi yang kita miliki, yang utama ialah pasokan besar dengan cara memperkuat produksi pertanian. Karena dengan pasokan yang cukup, pasti dapat menekan inflasi di Lamongan," tutur Bupati Lamongan Yuhronur Efendi saat membuka kegiatan High Level Meeting (HLM) Kabupaten Lamongan Tahun 2023 dalam rangka pengendalian inflasiĀ menghadapi HBKN Ramadhan dan Idul Fitri 1444 H, Selasa (21/3) di Pendopo Lokatantra.
Pada tingkat Provinsi Jawa Timur angka inflasi masih tergolong tinggi yakni 6,52% sedang di Kabupaten Lamongan tercatatĀ 5,36% kenaikan inflasi pada Februari bulan lalu. Faktor penyebab terjadinya inflasi paling dominan ialah komoditi makanan dan minuman seperti beras.
Dikatakan oleh Deputi Kepala Perwakilan Wilayah Bank Indonesia Jawa Timur Muslimin Anwar harga jual beras di Lamongan masih sama dengan harga pasa di Jawa timur yakni beras premium / kg 12.506 dan beras medium / kg 10.086. Hal tersebut disebabkan oleh faktor penetapan harga beras diatur dalam Surat Keputusan terkait Harga Pembelian Pemerintah (HPP).
"Lamongan tetap menjadi pemasok terbesar di Jatim untuk komoditi beras. Inflasi yang terjadi disebabkan oleh penetapan harga beras diatur dalam Surat Keputusan terkait Harga Pembelian Pemerintah (HPP)," tutur Muslimin.