Lipatan Waktu Sang Bhayangkara Sejati

Berita 19 Oktober 2022

Lipatan Waktu Sang Bhayangkara Sejati

Caktatan Malin
(Catatan Cak Maulana Sumarlin)


Ngiang berita di telinga rakyat oleh para pewarta atas perkabaran tentang semua pasukan komando (pangkat penting) Satria Bhayangkara dikumpulkan dalam perjamuan dan pendidikan moral oleh kepala negara, sebuah cara luhur, sebagaimana memperlakukan para kesatria yang lazim terjadi pada masa ratusan tahun silam.

Adalah Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia, yang selalu didoakan rakyatnya siang dan malam, agar senantiasa sehat dalam kebijaksanaan tinggi untuk menjalankan kekuasaannya menolong dan menyejahterakan rakyatnya, pemimpin yang merakyat, apa adanya.

Ya. Presiden Joko Widodo, dalam menjalankan tugas periodesasi ke-2, sebagai Presiden Negara Kesatuan Republik Indonesia diharapkan sukses membangun negaranya yang semakin maju, sejahtera, kian agung dan berwibawa. Begitulah doa-doa, harapan rakyat kepada umaro-nya. Karena itu perintah yang telah diajarkan dalam agama setelah menaati Tuhan dan utusan-Nya. Karena agama sebagai pusat kemuliaan, memandang pemimpin memiliki peluang dengan kekuatan penyelesaian masalah dan sumber kebajikan dan kebijaksanaan.

Kesejahteraan itu akan terwujud, jika ada peran rakyat (warga negara) menunaikan kewajiban, untuk membayar dengan segenap keringat dari pendapatan, untuk diberikan kepada negara melalui penyelenggara pemerintahan yang membidangi dan terpercaya. Kepatuhan dan kepercayaan yang tinggi dua arah mutlak diperlukan, yang inheren dalam kesadaran warga negara (civic hukum) juga hak-hak yang di tunaikan dan dijanjikan untuk di nikmati dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Hari ini, pada pukul 14.00 WIB, dengan surat telegram bernomor: STR/764/X/HUM.1./2022 tertanggal Rabu, 12 Oktober 2022. Setidak-tidaknya bertempat di area kantor Kepala Negara Indonesia. Melalui kawat tersedia, Beliau ingin bercengkrama lahir dan batin, dengan semua jaringan komando struktur kepolisian, para Kesatria Bhayangkara sepenjuru negeri, di Istana Negara Republik Indonesia Jakarta, dengan apa adanya, sebagaimana kita lihat apa adanya, menjadi ciri khasnya, yang melekat dalam gaya presiden, kepala negara setiap hari.

Tersirat, Presiden Joko Widodo ingin terus memberikan energi terbaik sebagai suport moral dan penguatan batin untuk para kesatrianya dalam tugas yang dijalankan dan misi berat yang diemban. Kesatria Bhayangkara harus selalu bersahaja, terus tekun mengabdi dengan melindungi, mengayomi dan melayani semua rakyat dan warga negara.


Presiden pun mengerti, bahwa setiap kesatria, berdasarkan mandat konstitualitas yang ada, terdapat imperasi tegas untuk memberikan pelayanan terbaik kepada negara, dengan melayani dan menegakkan hukum publik. Hukum yang mengatur hubungan kepala negara dengan warga negara. Berkaitan denga hak dan kewajiban masing-masing. Kaidah yang di sepakati dalam kehidupan bernegara. Dalam rangka mewujudkan relasi yang setara dan berkeadilan kepada semua warga negara dan seluruh rakyat, tanpa dibedakan dan dengan perlakuan seadil-adilnya. Begitulah negara berhadapan dan berhungan dengan rakyat dan warganya.

Sebagaiman pula, telah banyak referensi, baik berupa preposisi, postulat dan teori, setelah disarikan dari semua literasi tentang posisi, fungsi dan tujuan terbentuk dan dibentuknyanegara. Kepala negara mesti memiliki kesadaran kesetaraan dengan rakyat, dengan memperjuangkan suara hati rakyat, dalam bhakti kepada kepentingan rakyat, yang akan bekerja siang dan malam untuk kebahagiaan dan kesejahteraan rakyat.

Karena kesepakatan rakyat itu juga negara bisa didirikan, dibangun sebagai rumah bersama, yang memilih pemimpinnya guna melayani dengan sepenuh hati, seadil-adilnya. Kepada rakyat, dengan melekatkan pula kewajiban rakyat kepada negara.

Untuk menjalankan mandat itulah ditentukan dengan tata cara yang baik, agar adanya kepala negara, yang lazim juga diberi predikat presidensi, Presiden Republik Indonesia, juga merangkap pimpinan tertinggi fungsi pemerintahan dengan tata kelola yang baik untuk mencapai tujuan bernegara.

Seorang Presiden yang merupakan, memijam istilah latin ex officio kepala negara, yang berarti "dari kantor", atau dari dalam negara untuk menyelenggarakan pemerintahan melayanai segenap rakyat, nusa dan bangsa. Sebagai penjaga malam, melindungi keselamatanya.

Konsep ini idealnya dipatri lebih tajam kepada benak publik (warga negara) dengan pemahaman mendasar sistem presidensi atau disebut juga dengan sistem kongresional, yang merupakan sistem pemerintahan negara republik dimana kekuasaan eksekutif dipilih melalui pemilu dan terpisah dengan kekuasaan lainya, legislatif dan yudisial.

***

Mengabstraksikan percakapan kepala negara dengan seluruh komando Kesatria Bhayangkara di Istana Negara yang penuh pesan moral dan nilai-nilai adiluhung. Ketika menengok sejarah, Langit Kresna Hariadi menceritakan dalam karyanya: Gajah Mada, Bergelut dalam Kemelut Takhta dan Angkara yang kaya akan perspektif (historis, sosiologis, dan antropologis)

Di situ diceritakan, pasukan keamanan Bhayangkara memiliki anggota dengan kemampuan tinggi dalam hal membidik sasaran. Kemampuan itu bahkan dikatakan hampir mustahil dimiliki oleh orang biasa di luar Bhayangkara. Dalam analogi Hariadi, bahkan pasukan Bhayangkara bisa mendapatkan sasarannya, walau hanya kakinya saja yang terlihat menyembul dari balik batang pohon. Ada tiga senjata yang digunakan oleh pendekar Bhayangkara dalam menjalankan tugasnya menjaga keamanan. Ketiga senjata itu adalah anak panah, pisau terbang, dan pedang panjang.

Ketika berkuda tergambar juga adanya formasi para pasukan tengah menaiki kuda. Pasukan Bhayangkara tidak menggunakan formasi yang sangat rapat, melainkan cukup berjarak.Mungkin itu salah satu bagian dari taktik tertentu. Atau simbologi bahwa Bhayangkara bukanlah pasukan perang, melainkan perlindungan marwah dan jubah kepala negara,kenyamanan kehidupan rakyat.

Adalah Kuti, dengan golongan Ra (baca: Ra Kuti), pernah melakukan pemberontakan, yang dicatat sebagi salah satu peristiwa besar di Majapahit yang menunjukkan peran Bhayangkara dalam melindungi kepala negara, pada tahun 1319.

Kuti sendiri atau Ra Kuti merupakan anggota Dharmaputra yang dibentuk Raden Wijaya bergelar Kertarajasa Jayawardhana (1293-1309), ayahanda Jayanagara sekaligus raja pertama dan pendiri Kerajaan Majapahit. Dharmaputra berjumlah 7 orang, yaitu Ra Kuti, Ra Semi, Ra Tanca, Ra Wedeng, Ra Yuyu, Ra Banyak, dan Ra Pangsa.

Dikutip dari Slamet Muljana dalam Tafsir Sejarah Nagarakertagama (2006), dijelaskan bahwa Dharmaputra merupakan pejabat tinggi yang memiliki kedudukan khusus di Majapahit. Kitab Pararaton menyebut Dharmaputra sebagai "pengalasan wineh suka" (pegawai istimewa yang disayangi raja).

Pemberontakan ini memiliki misi ingin mengkudeta kepemimpinan Raja Jayanegara, Raja Majapahit, nyawanya pun terancam dan diancam Pasukan Bhayangkara, mengamankan sang raja, dengan cara melindunginya dengan resiko hidup dan mati, dengan membawanya menjauh dari pusat pemerintahan di Trowulan Mojokerto ke Bedander, sebuah tempat pedalaman, di area pegunungan kapur utara (saat ini pedalaman Bojonegoro, Jawa Timur)

***

Bhayangkara sebagai pasukan elite penjaga raja, atau sejenis Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) saat ini, berupaya menyelamatkan sang raja dengan cara membawanya menjauh dari pusat pemerintahan. Wilayah Bedander yang ada di pegunungan kapur utara menjadi tempat tujuan Bhayangkara untuk mengamankan Prabu Jayanegara.

Gajah Mada, bersama 14 pendekar lainnya, sangat penting untuk di catat, menerapkan prinsip-prinsip penting dalam internalisasi nilai-nilai kesatria yang harus dimiliki seorang kesatria. Dalam hal kejadian ekstrem adanya Prilaku Ra Kuti yang membahayakan negara, prabu atau kepala pemerintahan, semakin terlihat dalam menghadapi tantangan pemberontakan. Ia teguh memegang prinsip bahwa hukum harus ditegakkan, siapa pun yang
melanggar maka harus menerima akibatnya. Meskipun, ia adalah temannya sendiri. Kala ada anggota yang meninggalkan pasukan, di cari hingga ditemukan dan langsung dibunuh oleh Gajah Mada.

Kedisiplinan dan kesetiaan pada negara, selalu ditunjukkan Gajah Mada saat bertugas. Menurutnya, jika pengabdian tanpa nilai-nilai, seorang prajurit akan hilang ke-bhayangkaraannya yang sejati.

Empat nilai yang dibangun Gajah Mada yakni Catur Prasetya, kini mashur dijadikan sumber moral dan nilai-nilai keprajuritan dalam menjalankan fungsi pemolisian rakyat. Satya Haprabu (setia kepada pimpinan negara), Hanyaken Musuh (mengenyahkan musuh negara), Gineung Pratidina (bertekad mempertahankan negara), dan Tan Satrisna (ikhlas dalam bertugas).

***

Lalu apa gerangan, maksud Kepala Negara memanggil semua pasukan penting Bhayangkara ke Istana, siang-sore ini. Kepala negara sedang ingin berbicara dari hati ke hati, yang penuh penjiwaan. Presiden ingin memastikan bahwa Kestria Bhayangkara ada di jalur yang benar, mengayomi dan menjadi bagian kebahagiaan rakyat Indonesia.


Presiden Jokowi sebagai kepala negara dan pemerintahan paham betul bahwa Kesatria Bhayangkara POLRI itu keberadaanya penting bagi negara, dirinya sebaga kepala, dan rakyat sebagai warga dalam negara. Sehingga Presiden ingin memberian energi dengan wibawanya sebagai kepala negara yang besar, untuk bersama reflektif harus patuh dan penuh ketertundukan pada warga negara, pada UUD 1945, Tap MPR No VII/MPR/2000, maupun UU Nomor 2 Tahun 2002, yang memastikan bahwa Polri sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat serta menegakkan hukum untuk menjaga warga dalam negara.

Dari jauh, semua doa dan harapan rakyat warga negara, beserta dan bersama kepala negara, memberikan yang terbaik dan sebaik-baiknya untuk mengabdi pada negara, warga negara sebagaimana fungsinya.

Fungsi-fungsi adiluhung dalam semesta, fungsi pemolisian yang indah dalam sanubari dan moral bangsa, Jokowi sebagai kepala negara juga akan menekankan refleksi nilai semesta, dalam individuku, sedari kecil aku memiliki fungsi polisi, semua orang adalah polisi, karena ketika aku melihat orang hendak jatuh dari tangga, aku berlari memeluknya, agar selamat dan tidak cedera sebagai manusia.


Demikian pula kalian Bhayangkara sejati, mulai hari ini, kalian adalah Kestria Bhayangkara yang baru paradigmanya, dengan fungsi semesta untuk kemanusiaan. Harus selalu ada untuk negara. Melindungi warga negara, nusa dan bangsa yang harus sejahtera. Itulah Bhayangkara Sejati. Bantu saya dengan sungguh, menyejahtertakan rakyat, mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia maju dan sejahtera yang diberkahi dan ridloi Allah SWT. Tuhan semesta alam.

Jika tidak, kalian tahu resikonya, martabat dan kehormatanmu bersama keluarga akan sirna di tengah warga negara.

Maulana Sumarlin

Founder: De' HMS
Sebuah Firma Sosial, yang memperjuangkan nilai-nilai Democracy, Equity, Hope-Humanity,
Moderation dan Solution


Foto : harian.disway.id

Posting Lainnya
Pak Yes Ajak Pangdam V Brawijaya Eksplore Wilayah Pantura Dengan Vespa
20 April 2025
Bupati Lamongan Yuhronur Efendi bersama Pangdam V Brawijaya Rudy Saladin, serta rombongan lainnya eksplor wilayah pantura menggunakan vespa, Sabtu (19/4/2025) di halaman Masjid Namira sebagai [......]
Buka Manasik Haji, Pak Yes Berpesan Kesiapan Mental dan Fisik
18 April 2025
Bupati Lamongan Yuhronur Efendi membuka Bimbingan Manasik Haji Massal jamaah Kabupaten Lamongan 1466 H/ tahun 2025, di Masjid Namira, Jumat (18/4/025).Orang yang akrab disapa Pak [......]
Serahkan SK Direktur, Pak Yes Minta Dedy Bawa BDL Sustainable
17 April 2025
 Bupati Lamongan Yuhronur Efendi serahkan surat keputusan (SK) Bupati Lamongan kepada Dedy Rachmadi Wibowo sebagai Direktur Operasional dan Bisnis PT. Bank Perekonomian Rakyat Bank Daerah [......]
Luas Tambah Tanam Lamongan Sampai Bulan April Capai 28,30 Persen
16 April 2025
Luas tambah tanam (LTT) Kabupaten Lamongan tahun 2025 hingga bulan April mencapai 28,30 persen. Dalam rangka memenuhi komitmen Pemerintah Pusat mewujudkan swasembada pangan, Kabupaten Lamongan ditargetkan [......]
Lamongan Kembali Dilirik Investor Taiwan
16 April 2025
Pemerintah Kabupaten Lamongan terus menjaga keberlangsungan investasi di Kabupaten Lamongan. Komitmen tersebut diwujudkan dengan menghadirkan pelayanan yang maksimal kepada para investor.Hal Tersebut dituturkan Bupati Lamongan [......]
Ontoseno Kirab Tandai Usia Ke 17
14 April 2025
Dalam rangka merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) pesepeda Ontoseno Lamongan ke 17, Bupati Lamongan Yuhronur Efendi berangkatkan kirab, Minggu (13/4) di Gedung Juang Lamongan pagi [......]
Tujuh mahasiswa Southern Leyte State University Filipina Lakukan PPL di Lamongan
12 April 2025
Pemerintah Kabupaten Lamongan baru saja menerima tujuh dosen dan tujuh mahasiswa dari Southern Leyte State University (SLSU) Filipina. Seluruhnya akan melakukan kegiatan program Praktik Pengalaman [......]
K.H. Ahmad Muhtadi Diusulkan Menjadi Nama Jalan
11 April 2025
Kyai Haji (K.H.) Ahmad Muhtadi yang dikenal sebagai ulama sekaligus pahlawan melalui perannya melawan pemerintah kolonial Belanda serta perjuangannya dalam menyebarkan keilmuan agama Islam di [......]
Destinasi Wisata Pantura Paling Diminati Saat Libur Lebaran 2025
08 April 2025
Destinasi wisata di wilayah pantura Kabupaten Lamongan banyak diminati oleh masyarakat saat libur lebaran 2025.Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lamongan [......]
Pak Yes Pastikan Harga Gabah Stabil Saat Panen Raya
07 April 2025
Bupati Lamongan Yuhronur Efendi mengikuti panen raya serentak bersama 14 provinsi secara zoom yang di pimpin Presiden Subianto, di Desa Deketwetan, Kecamatan Deket, Lamongan, Senin [......]
Pencarian
LAPOR!

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN LAMONGAN

  • Jl. Basuki Rahmad No. 1, Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan 62214
  • diskominfo@lamongankab.go.id
  • (0322) 321168
  • +628113021708
© 2025 Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Lamongan