Informasi 01 Oktober 2021
Indonesia merupakan negara dengan jumlah gamer terbesar di Asia Tenggara. Data yang dirilis oleh Newzoo pada tahun 2017 menyebut lebih dari 20% dari jumlah populasi di Indonesia merupakan gamer game digital. Pertumbuhan gamer ini dinilai sangat pesat, maka perlu regulasi untuk mengatur perkembangan industri video game dan literasi untuk masyarakat agar cerdas dalam menyikapi kehadiran video game dalam kehidupannya.
Di Indonesia, regulasi yang terkait langsung dengan video game salah satunya pada Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 11 Tahun 2016 tentang Klasifikasi Permainan Interaktif Elektronik sekaligus pengenalan Indonesia Game Rating System (IGRS) kepada masyarakat (KOMINFO, 2016). Penetapan IGRS ini dilakukan sebagai suatu sistem rating yang menetapkan aturan akses kepada suatu game berdasarkan kriteria umur, menjadi langkah awal dalam mengatur peredaran dan akses game digital di Indonesia.
Regulasi sistem IGRS yang dicanangkan ini memang dibutuhkan untuk membatasi akses dan mengatur peredaran game di Indonesia. Pembajakan dan peredaran game yang bebas regulasi merupakan dua faktor utama yang mendorong jumlah masyarakat Indonesia yang bermain game. Selain itu, beberapa merk gadget (gawai) canggih dijual cukup murah sehingga hal ini yang membuat gamer di Indonesia jumlahnya berkembang secara drastis, mudah, murah, dan personal.
Game memiliki konten seperti produk media hiburan pada umumnya. Konten dalam game bisa memiliki konsekuensi efek yang positif maupun negatif, efek yang sesuai dengan norma dan regulasi di Indonesia maupun yang tidak. Problem bermain video game di Indonesia tidak hanya berasal dari kontennya saja, akan tetapi dari para gamer dan lingkungan sekitarnya. Salah satu contohnya adalah orang tua dari gamer yang belum memahami game. Orang tua ini melihat game sebatas media hiburan dan cenderung memberi kebebasan bermain bagi anak-anaknya. Minimnya peran orang tua dalam mengarahkan anak dalam bermain game menjadikan anak tumbuh besar dengan beragam konten dalam game hingga terjadi kecanduan. Ketergantungan pada kehadiran video game ini menciptakan sebuah budaya bermain sebagai bagian dari aktualisasi diri dalam pergaulan.
Hal semacam ini menunjukkan arti pentingnya literasi digital bagi masyarakat khususnya yang berusia muda. Untuk menyikapi dan menekan dampak negatif yang terjadi, maka pemerintah dapat menyebarkan pentingnya pendidikan mengenai literasi digital pada seluruh warga Indonesia. Contohnya penerapan literasi game daring. Literasi game daring akan lebih berguna khususnya untuk para remaja yang mengakses game daring.
Menjadi gamer yang cerdas, ialah mampu mengajak keluarga dan teman untuk ikut belajar dalam memahami dinamika dalam bermain game dan bisa menginspirasi keluarga, teman, dan lingkungan sekitar. Hal yang bisa dilakukan adalah mampu mengedukasi teman dan keluarga serta gamer lainnya untuk menjadi gamer yang cerdas. Interaksi ini berguna untuk menambah pengetahuan dan menyempurnakan ide-ide tentang literasi game yang kalian punya. Dalam interaksi ini banyak hal positif yang akan didapat, contohnya dapat bertukar informasi terutama menyangkut kasus-kasus terbaru dan hasil-hasil kajian tentang game online. Selain itu, kalian dapat menyampaikan pengetahuan dan skill berdasarkan pengalaman sendiri. Misalnya, menceritakan hal-hal positif yang bermanfaat dan hal-hal negatif yang dapat merugikan dari bermain game online serta menyampaikan cara mengatasi permasalahan, sehingga orang lain akan belajar dari pengalaman kalian.
Selengkapnya dapat anda baca di modul Yuk Jadi Gamer Cerdas: Berbagi Informasi Melalui Literasi yang dapat di unduh melalui pranala http://literasidigital.id/books/yuk-jadi-gamer-cerdas-berbagi-informasi-melalui-literasi/.
Modul berisi mulai dari menyikapi cara gamer remaja mengakses dan menyeleksi permainan, menganalisis konten permainan, memahami logika game gratis tapi berbayar, sampai pada berpartisipasi dan berkolaborasi dengan para gamer remaja lain untuk ikut meliterasi lingkungan sekitarnya.